Blogger Jateng

Perusahaan di Indonesia dituntut untuk Meningkatkan Resiliensi di Tengah Kondisi Global yang Semakin Tidak Menentu, Kata Laporan Ericsson

 

Perusahaan di Indonesia dituntut untuk Meningkatkan Resiliensi di Tengah Kondisi Global yang Semakin Tidak Menentu, Kata Laporan Ericsson 

  •  Laporan Ericsson IndustryLab menunjukkan bahwa perusahaan lebih siap dalam menghadapi peristiwa-peristiwa disruptif, berkat digitalisasi dan otomatisasi, tetapi terdapat kebutuhan untuk beralih dari model resiliensi jangka pendek menuju jangka panjang
  • 42 persen dari pengambil keputusan saat ini percaya bahwa bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim menghadirkan tantangan utama. Sedangkan 52 persen pengambil keputusan di Indonesia percaya hal yang sama, bahkan semakin diprediksi menjadi tantangan di masa depan
  • 81 persen perusahaan dengan strategi resiliensi yang terdefinisi dengan baik berinvestasi dalam teknologi seperti 5G yang memungkinkan kerja jarak jauh, digitalisasi, dan otomatisasi yang memungkinkan perusahaan untuk menangani disrupsi dengan lebih baik

 

Jakarta, Suarakristen.com

 

Ericsson (NASDAQ: ERIC) merilis laporan Future of Enterprise terbaru mereka yang menyoroti betapa pentingnya perusahaan bertindak proaktif dan tangguh dalam menghadapi disrupsi. Menurut laporan tersebut, 42 persen pengambil keputusan saat ini percaya bahwa dalam waktu dekat, mereka akan menghadapi disrupsi pada perusahaan mereka karena bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim. Ericsson juga melakukan wawancara kepada perusahaan di Indonesia dan menemukan bahwa 52 persen pengambil keputusan percaya hal yang sama. Peristiwa tidak terduga lainnya juga diperkirakan akan menimbulkan tantangan, seperti krisis energi, pandemi, dan konflik global. Sementara itu, mereka menyadari bahwa kesiapsiagaan sangat penting, terdapat kebutuhan untuk beralih dari strategi reaktif menuju perencanaan resiliensi jangka panjang, serta bergeser dari resiliensi yang berorientasi pada pemulihan.

Kabar baiknya adalah perusahaan mengambil perencanaan resiliensi dengan serius – sebanyak 63 persen pengambil keputusan di Indonesia mengatakan perusahaan mereka memiliki strategi yang terdefinisi dengan baik untuk menangani peristiwa-peristiwa disruptif dan 70 persen karyawan di Indonesia berpendapat bahwa dengan melakukan kerja sama yang baik dengan mitra, pemasok, dan lainnya adalah kunci untuk meningkatkan kemampuan tempat kerja mereka dalam menangani peristiwa disrupsi. Persiapan tersebut didorong oleh digitalisasi dan otomatisasi, karena 81 persen perusahaan yang memiliki strategi resiliensi yang terdefinisi dengan baik telah terbukti menaruh investasi di bidang ini. Namun, penting untuk mengenali nilai dalam resiliensi proaktif daripada reaktif, sesuatu yang mungkin tidak menjadi bagian dari strategi banyak perusahaan. Pada intinya, terdapat lebih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan mengingat kondisi iklim saat ini.

Patrik Hedlund, Senior Researcher, Ericsson Consumer & IndustryLab, mengatakan: “Perang. Krisis energi. Bencana alam. Pandemi. Dunia kita menjadi semakin kompleks, dan sekarang adalah waktu untuk mengadopsi strategi resiliensi. Hal ini sangat penting bagi perusahaan jika mereka ingin tetap kompetitif dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Meskipun banyak perusahaan sudah memiliki strategi, laporan ini menunjukkan kebutuhan nyata akan pergeseran dari resiliensi berbasis pengulangan jangka pendek ke strategi berbasis efisiensi jangka panjang.”

”Kesiapan teknologi penting bagi perusahaan di Indonesia agar tangguh. Inovasi, digitalisasi, manajemen risiko proaktif, dan kelestarian lingkungan akan memungkinkan organisasi menjadi lebih tangguh. Lebih dari 60 persen pengambil keputusan di Indonesia mengatakan perusahaan mereka memiliki strategi yang terdefinisi dengan baik untuk menangani peristiwa disrupsi. Hampir 70 persen karyawan di Indonesia sangat yakin bahwa jaringan 5G akan menjadi platform inovasi yang penting untuk pekerjaan mereka. Digitalisasi yang dipercepat oleh perusahaan akan memungkinkan ekonomi Indonesia bertransformasi menjadi ekonomi digital,” ujar Jerry Soper, Head of Ericsson Indonesia.

Terdapat kebutuhan yang jelas untuk memperluas cakupan resiliensi dalam mendukung model bisnis yang keberlanjutan dan forward-thinking. Menurut temuan laporan tersebut, terdapat dua perubahan utama dalam strategi resiliensi yang akan menjadi sangat penting ke depannya:

  • Pergeseran dari resiliensi berbasis pengulangan jangka pendek ke resiliensi berbasis efisiensi jangka panjang yang lebih berkelanjutan secara lingkungan. 89 persen perusahaan mengatakan mereka masih meningkatkan pengulangan dalam rantai pasokan mereka sampai dengan hari ini.
  • Resiliensi berorientasi pemulihan perlu bergeser ke arah inovasi model bisnis yang proaktif. Saat ini, 91 persen pembuat keputusan mengatakan bahwa hal tersebut adalah bagian dari strategi resiliensi mereka, dan hampir 7 dari 9 dari mereka berencana untuk meningkatkan upaya ini di masa depan.

Laporan ini juga menguraikan manfaat dari tujuh konsep yang didukung oleh Information and Communication Technologies (ICT) yang pada akhirnya akan membantu perusahaan agar tetap tangguh dan berkelanjutan ketika menghadapi disrupsi. Laporan ini juga membahas berbagai jalan yang dapat diambil perusahaan untuk menjadi organisasi yang lebih tangguh.

Untuk membaca laporan tersebut, klik di sini: Future of Enterprises report

 

CATATAN UNTUK EDITOR:

IKUTI KAMI:

Berlangganan siaran pers Ericsson di sini

Berlangganan posting blog Ericsson di sini

https://www.twitter.com/ericsson

https://www.facebook.com/ericsson

https://www.linkedin.com/company/ericsson

 

INFORMASI LEBIH LANJUT:

Ignes Messyta

Head of Communications Ericsson Indonesia

+628119149258

Email: ignes.messyta@ericsson.com

 

TENTANG ERICSSON:

Ericsson memungkinkan Penyedia Layanan Komunikasi untuk menangkap nilai penuh dari  konektivitas. Portofolio perusahaan mencakup Jaringan, Layanan Digital, Layanan Terkelola, dan  Emerging Business, yang dirancang untuk membantu pelanggan beralih ke digital, meningkatkan efisiensi, dan menemukan aliran pendapatan baru. Investasi Ericsson dalam inovasi telah memberikan manfaat berupa mobilitas dan broadband seluler kepada miliaran orang di seluruh dunia. Saham Ericsson terdaftar di Nasdaq Stockholm dan di Nasdaq New York. www.ericsson.com

(Hotben)

Posting Komentar untuk "Perusahaan di Indonesia dituntut untuk Meningkatkan Resiliensi di Tengah Kondisi Global yang Semakin Tidak Menentu, Kata Laporan Ericsson "